Kilang BBM

Kilang BBM, Operasi, Kehandalan dan Safety

Kilang BBM ‘mengolah dan memproduksi bahan yang mudah terbakar’. Oleh karena itu, operasi kilang harus dibiasakan selalu teliti, cermat,  waspada dengan kebiasaan patroli safety terhadap peralatan yag beroperasi, lingkungan kerja.

Ciri Kilang BBM 
  • Operasi dan peralatan Harus Handal – karena investasi mahal, Start / Stop dan Re-startup biayanya juga mahal

  • Yang diolah Mudah Terbakar, bisa meledak, bisa  rusak dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja

  • Cemaran operasi bila tidak cermat dikelola sesuai SOP, bisa merusak lingkungan

Maka harus Terbiasa bekerja waspada (Membudaya), Cegah timbul api Cegah adanya potensi timbul bisa terbakar, cegah tubah bahan mudah terbakarn segah sumber api, sumber panas berlebihan didekat bahan mudah terbakar”. 

Dibangun Mindset ‘Safety Concern, Safety First, Safety is the First Priority’, Selalu Jaga – Kehandalan Peralatan Kilang dan Melaksanaan Operasi Kilang sesuai Prosedur Kilang’.

Mindset safety utama pekerja adalah cegah timbul api dikilang. 

Mindset dan naluri pekerja kilang dibiasakan hati hati dan cegah kebakaran.

Cegah “kontak 3 unsur” menyebab timbul api .

  1. Bahan Mudah Terbakar, 

  2. Oxigen (Udara) dan 

  3. Sumber Api (cegah ada percikan  api, percikan bunga listrik atau panas tinggi terpapar ke bbm/gas)

Bila 3 unsur diatas ketemu, bisa timbul api – terbakar

Kilang BBM. Mengolah bahan baku kilang bbm – bahan mudah terbakar – diproses dengan peralatan yang memerlukan panas dan bahan bakar. Peralatan mesin perlu dipanaskan menggunakan bahan bakar, ada furnace (dapur pemanas), ada uap dan gas – bahan mudah terbakar – ada udara, oksigen, ada uap panas tekanan tinggi, ada peralatan listrik tegangan tinggi dan tegangan rendah, serta peralatan sarana proses yang serba mahal, kompleks.

Semua sarana kilang di design dengan standard industri Migas dan manufacturing tertentu yang ketat agar handal, aman untuk dioperasikan. Namun bila lengah atau lalai bisa terbakar atau meledak. Selalu “perlu pengawasan, pemeliharaan dan prosedur ketat” dan tidak mentolerir adanya yang menyimpang. Wah serem juga ya. Hal hal demikian beresiko tinggi.

Key sukses operasi ‘memerlukan basic pengetahuan yang cukup,  kemahiran kerja aman, ketelitian serta budaya kerja aman’ disamping peraturan yang ketat ditaati dan dibiasakan. Apa saja yang diperlukan itu?

  1. Manpower. Para pekerja ataupun pendatang yang masuk siap untuk memasuki area kerja di kilang harus kondisi ‘Sehat, fit, paham aturan, taat aturan, dikenal posisi saat dilokasi kerja di kilang, dan dilengkapi sarana safety yang sesuai serta dalam koordinasi kerja atau lokasi posisi yang jelas.

  2. Terlatih dan Terkoordinir. Semua pekerja memahami tugas tanggung jawab kerja pada posisi tugas masing masing terhadap alat kerja maupun lingkungan kerja. Terlatih dan terbiasa sesuai lingkup tugas serta berkomunikasi dengan baik dalam tugas sampai saat alih tugas kepada penerusnya. Tugas 24 jam bergantian dengan skill kompetensi tertentu teruji dan terlatih secara perorangan maupun kelompok. Menjalankan tugas dalam tatakelola yag telah ditetapkan. Keterlatihan dan kebiasaan menjadi penting.

  3. HSSE dan Peraturan Safety. Aspek HSSE dikoordinir dengan baik. Health, Secure / Security, Safe and Safety concern and Environmental concern and control serta penentuan area aman dan tidak aman karja sesuai ketetapan yang berlaku. Semua terukur dan terpandu dengan baik untuk manpower, untuk peralatan dan untuk lingkungan internal maupun keluaran dari kilang. Managament HSSE dituntut untuk paham dan melaksanakan dengan baik. Para pekerja memahami dan mentaati melaksanakan dengan baik.

  4. Peralatan Kilang Handal. Seluruh peralatan yang digunakan terkendali dan terawasi aspek keseuaian untuk di kilang, untuk digunakan pekerja serta handal karena sesuai aturan kehandalan yang berlaku di kilang. Terawat, sesuai standard operasi kilang dan memiliki izin penggunaan pasca dinyatakan sesuai untuk area kilang. Kehandalan teknology teruji da ada izinnya secara berkala untuk kepastian safe untuk dioperasikan.

5. Peralatan bantu kerja. Peralatan bantu kerja yang mobile perlu disesuaikan dan memiliki izin penggunaan atau izin masuk kilang. Kendaraan kerja masuk kilang, tools kerja khusus tertentu (x-rays, portable heater, vibrator, dll), maupun peralatan safety kerja utnuk manpower seperti sepatu, sarung tangan, jaket tahan panas/ api, helmet, musker, kaca pelindung mata dan sebagainya harus dipilih sesuai ketentuan untuk kerja kilang.

 

6. Komunikasi dan koordinasi kerja. Komunikasi tertata sesuai hirarki komando tempat kerja dengan sarana yang sesuai. Keterlatihan komunikasi menjadi penguat sistim kendali operasi yang aman dan handal, baik komunikasi langsung, tertulis maupun dengan sistem signal komando kerja.

7. Emergency Response. Mengingat kajian resiko, maka sistim koordinasi operasi dibangun menjadi ‘urat nadi komando kerja’. Disaat ada “EMERGENCY” maka aturan saat emergency diberlakukan. Efektifitas sistim komunikasi yang dibangun seefektif mungkin, dan bisa menggerakkan “team Penanganan Emergency” secara akurat guna meninimasi resiko dan mempercepat recovery. System ini dilatih dan diuji periodik. Bagaimana membangunnya, itulah tugas tanggung jawab top management dariseluruh fungsi yang ada di kilang tersebut.

8. Pelatihan berkala. Untuk menjaga kesinambungan kerja oleh manpower yang tersedia dalam level kinerja yang baik, aman berkesinambunga, maka diperlukan pelatihan. Pelatihan reguler per waktu atau pelatihan untuk persiapan alih posisi tugas jabatan dan koordinasi yang mungkin berubah. Akan menjadi lebih penting lagi bila ada pergantian pekerja karena regenerasi,  mutasi atau promosi tugas. Pengujian dan rekam jejak kemampuan khusus menjadi penting untuk menjaga kehandalan kinerja team di kilang. Kilang yang baik menyusun dan melaksanakan perihal tersebut secara konsisten